Kegilaan Beragama Indonesia

Kafir, Kristenisasi, Angelina Jolie Masuk Islam, Konspirasi Yahudi & Freemason dan berita berita berkaitan agama penuh sesak mengisi linimasa facebook, sampai-sampai karena merasa enough is enough saya terpaksa mengambil langkah drastis: Unfollow mereka yang sharing berita soal politik agama, tidak perduli saudara, sahabat, teman atau sekedar kenalan; bahkan beberapa akun dengan berat hati harus saya unfriend karena sudah keterlaluan walaupun pada akhirnya saya follow kembali (beberapa diantaranya, demi menjaga tali persaudaraan). But don't get me wrong, saya juga mem-follow page group Facebook seperti FPI, HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), & ICMS (Indonesian Congress of Muslim Students) yang oleh sebagian orang disebut sebagai kelompok konservatif only for the sake of menjaga objektivitas saya melihat permasalahan yang muncul. Ya, dalam tulisan ini seperti biasa saya akan melihat dari kaca mata netral, alias melihat agama hanya sebagai objek observasi dengan melucuti segala afiliasi sistem kepercayaan apapun dengan diri saya.

AHOK?

Ahok, Ahok, & Ahok. Kenapa Ahok? Pertama karena dia Cina. Kedua karena dia Kristen. Ketiga karena dia kasar. Keempat karena dia gubernur. Kelima karena dia tinggal di Indonesia. Seandainya Ahok hanya orang biasa yang tinggal di Swedia, ngga akan ada yang membicarakan dia, termasuk saya, dia, mereka dan anda. Ahok itu AIO atau All In One: enak dipuji tapi juga menarik dihujat, menggoda untuk diberi selamat tapi juga menggairahkan untuk dilaporkan ke penegak hukum, asyik untuk didukung tapi juga seru untuk dilengserkan. Pokoknya Ahok itu komplit, kalau kata iklan permen tahun 90’an: Manis, asam, asin, rame rasanya!

Agamaku Bukan Agamamu

Masih seru soal perda berbau syariah di Serang, Banten. Video seorang ibu penjual warteg yang dagangannya disita oleh Satpol PP hingga si ibu memohon mohon agar dagangannya dikembalikan. Perdebatan pun memanas, publik ada yang membela si Ibu tapi tidak sedikit pula yang membela Perda tersebut. Ngga sedikit pula yang debatnya mulai melenceng kemana-mana; ada mengkritik bahwa si Ibu yang dagangannya disita sebenarnya bukan orang miskin sehingga tidak perlu menerima sumbangan hingga puluhan juta dan disisi lain ada yang mengkritik soal provinsi Banten selaku pembuat perda yang merupakan salah satu provinsi terkorup. Dua jenis kritik terakhir tentu sudah di luar konteks dan merupakan falasi logika dalam perdebatan. Namun terlepas dari itu, bagaimana posisi negara dan agama yang seharusnya?

*Catatan: Bicara soal agama adalah persoalan yang sensitif, maka dari itu, bagi anda yang masih suka mencampuradukkan persoalan agama dengan ilmu pengetahuan dipersilahkan pergi dari halaman ini atau resiko tanggung sendiri.

LGBT: Relativisme Kultural & Kodrat Semu (1)

Bukan, tulisan ini bukan menghakimi soal benar salahnya LGBT/LGBTIQ dari sudut pandang moralitas, bukan pula dari sudut pandang agama. Tulisan ini hanya mencoba mengkaji dari perspektif sosial yang mungkin jarang kita temui di luar sana. LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) atau bisa juga dalam versi lengkapnya disebut LGBTIQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex, Queer) ialah isu kontemporer yang baru terpapar perhatian publik Indonesia. Di negara maju lain, soal LGBT/LGBTIQ ini sudah bukan isu besar lagi dengan banyaknya dari mereka yang sudah mengakuinya. Tapi di Indonesia, isu LGBT/LGBTIQ ini baru geger kembali setelah menyeruaknya berita soal pihak UI yang melarang organisasi LGBT di kampus mereka. Dalam tulisan non-ilmiah ini, saya tidak akan mendebat apakah LGBT itu benar apa salah dengan pendekatan ilmu genetika atau psikologi. Alih-alih saya akan membahas soal pengertian dari “Kodrat” dan “Budaya” yang baik oleh mereka yang pro dan kontra terhadap hak hak LGBT/LGBTIQ sering gunakan dari sudut pandang ilmu sosial dengan pemaparan (yang saya usahakan) sesederhana mungkin dan seringkas mungkin.

Ingat Palestina, Lupa ISIS Dan Papua

Beberapa hari belakangan ini sosmed sedang habis-habisan heboh berita soal Gaza. Jalur Gaza, yang merupakan bagian dari negeri Palestina (yang tentu saja berafiliasi erat dengan Islam), sedang diserang habis-habisan oleh Israel. Tidak perduli kau sedang membuka facebook atau pun twitter, maka yang kau temui adalah gambar-gambar anak kecil yang mengalami luka atau cacat permanen akibat serangan pasukan Israel. Tapi ada sedikit yang mengganjal dalam euforia dukungan terhadap Palestina, ganjalan yang semoga saja bukan saya saja yang merasakannya.

Ada 2 hal yang ingin saya tuangkan dalam tulisan sederhana ini, pertama: Hipokrisi warga kita menyikapi masalah Palestina vs ISIS, dan kedua: Standar ganda dalam menyikapi masalah Palestina dan Papua.

Minat Baca Mahasiswa Dan Maraknya Kampanye Hitam

Sungguh menjijikan nan menyedihkan melihat kawan-kawan di facebook dan twitter kini mempunyai sebuah hobi baru yang kurang sedap dipandang mata: menjelek-jelekkan salah satu pasang capres - cawapres tertentu, entah itu Prabowo - Hatta ataupun Jokowi - JK. Sejak dari sebulan yang lalu hingga sekarang aku menulis cerita ini, banyak (tidak semua) orang-orang yang menjadi kawanku di facebook & twitter, entah itu hanya berkenal di dunia maya atau memang kenal di alam nyata, mendadak menjadi juru kampanye yang berilmu dangkal atau singkatnya, menjadi pelaku kampanye hitam.

Saya jelaskan dulu apa makna makna dari kampanye hitam. Menurut penjelasan Effendi Ghazali, kampanye hitam atau Black Campaign adalah bentuk kampanye yang mempunyai konten mengeksploitasi kekurangan/kelemahan seseorang tanpa ada bukti atau tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Dalam tulisan ini saya cenderung ingin memperluas definisi itu menjadi: Kampanye hitam atau Black Campaign adalah bentuk kempanye yang mempunyai konten mengeksploitas kekurangan/kelemahan seseorang yang bersifat non-kontekstual terhadap permasalahan yang sedang disinggung, dan/atau hal-hal yang tidak mempunyai bukti/tak bisa dibuktikan. Dalam tulisan ini akan saya pergunakan definisi kampanye hitam yang kedua.

Menelisik Gaya Jurkam Prabowo dan Jokowi ala Rekrutmen Tentara

Menarik sesungguhnya melihat fenomenon kampanye pemilu kali ini. Dalam sejarah republik Indonesia, belum pernah ada sebuah pemilu yang dipilih secara langsung oleh 100 jutaan konstituen dengan hanya melibatkan 2 calon presiden yang bisa saya bilang hampir seimbang elektabilitasnya. Minimnya jumlah capres ini tentu saja membuat dikotomi gaya kampanye mereka menjadi hal yang tidak sulit. Salah satu hal yang saya perhatikan benar-benar sejak awal kampanye ini adalah metode kampanye yang dilakukan oleh timses mereka.

Sebagai seseorang yang tertarik dengan sejarah, saya menganalogikan kedua timses capres ini sebagai negara Jerman & Uni Soviet semasa perang dunia kedua. Mungkin para pembaca sekalian sudah tahu mengenai kisah perang dunia II dimana pasukan Nazi Jerman berduel dengan Pasukan Merah Uni Soviet di front Timur, sebuah front pertempuran yang paling berdarah-darah dalam sejarah peradaban umat manusia. Hal ini juga berlaku untuk pemilu kali ini dimana kedua kubu, baik itu Prabowo ataupun Jokowi sama-sama "berdarah-darah", mati-matian untuk memenangkan front pertempuran pemilu 2014 ini.

Sama hal seperti pasukan Jerman & Uni Soviet dalam strategi perangnya, masing-masing kubu baik itu Prabowo ataupun Jokowi punya cara masing-masing dalam strategi mereka. Dalam tulisan ini saya hanya akan membahas mengenai rekrutmen juru kampanye (campaigner) yang merupakan "Tentara" dalam "Perang" pemilu 2014 ini. Dalam tulisan ini akan ditampilkan perbedaan besar diantara strategi mereka berdua tanpa harus menjustifikasi mana yang benar dan mana yang salah.

Pertama-tama, ada 2 istilah yang akan saya pergunakan disini, yakni "Standing Army" dan "Drafted Army". Mengingat tidak ada padanan bahasa indonesia untuk kedua istilah itu, maka saya akan jabarkan lebih dulu mengenai apa arti dari kedua istilah itu.

"Standing Army" adalah sebuah konsep dalam dunia militer yang menjelaskan sebuah pasukan yang terlatih. Standing Army, singkatnya, adalah sebuah pasukan yang sudah terdidik dan terlatih dalam latihan yang teratur dan terukur serta bersifat profesional. Gaya Standing Army ini digunakan oleh Jerman pada masa perang dunia II. TNI di Indonesia juga mengadopsi gaya Standing Army ini.

"Drafted Army" atau Conscription (Konskripsi) adalah sebuah komsep dalam dunia militer yang menjelaskan sebuah pasukan yang semi- terlatih. Drafted Army, singkatnya, adalah sebuah pasukan yang tidak terlatih dalam latihan yang regular dan bersifat non- profesional. Anggota Drafted Army bisa diambil dari kondisi Wajib Militer (Seperti di Korsel & Amerika Serikat semasa perang Vietnam) atau organisasi para-militer (seperti Hamas). Gaya Drafted Army ini digunakan oleh Uni Soviet di perang dunia II.

Prabowo - Hatta, pasangan Capres-Cawapres nomor 1, menganut gaya "Standing Army". Hal ini terlihat dari jurkam-jurkam mereka yang banyak memanfaatkan tenaga ahli. Jubir pasangan ini sendiri memang mengakui bahwa banyak dari juru kampanye mereka adalah lulusan Sarjana, baik itu dalam negeri ataupun Luar negeri. Gaya bicara juru kampanye ini pun bisa menunjukkan bahwa mereka adalah orang berpendidikan tinggi. Pemilihan pasangan ini untuk mengadopsi gaya "Standing Army" mungkin saja disebabkan karena faktor Prabowo yang memang mempunyai kecerdasan tinggi dan juga mantan lulusan terbaik Taruna.

Sedangkan Jokowi - Jusuf kalla, pasangan Capres-Cawapres nomor 2, cenderung menganut gaya "Drafted Army". Hal ini terlihat dari jurkam-jurkam mereka yang diisi masyarakat kelas-kelas bawah. Jubis pasangan inipun mengakui jika banyak dari juru kampanye mereka adalah kalangan orang biasa rata-rata di Indonesia. Dari jumlah sebaran jurkam pasangan ini pun bisa dilihat bahwa mereka hanya orang-orang biasa. Pemilihan pasangan ini untuk mengadopsi gaya "Drafted Army" mungkin karena disebabkan faktor Jokowi yang dalam sejarahnya lekat dengan kemiskinan.

Masing-masing gaya tentu saja punya kelebihannya masing-masing. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan "Standing Army" dan "Drafted Army"

Standing Army
(+)Think Tank yang hebat. Dengan pendidikan tinggi, kemampuan deduktif dan dialektik jurkam ini juga menjadi lebih baik. Serangan-serangan terhadap pasangan capres ini dapat dijawab dengan baik oleh mereka. Jurkam jenis ini juga bisa memaparkan program-program capresnya dengan lebih meyakinkan.

(+)Kemampuan menjaring kelas menengah yang tinggi. Kelas menengah, selaku kelas yang paling dengan rasio tingkat konsumsi tertinggi di Indonesia, memegang peranan yang cukup penting dalam jalannya roda pemerintahan, terutama perekonomian. Sebagai kelas yang esensial, tidak heran kedua capres ini berebut simpati dari kelas menengah. Keunggulan jurkam jenis adalah dia mampu meyakinkan kelas menengah, dengan pendekatan yang ilmiah, untuk memilih capres bernomor 1 ini.

(+)akses ke berbagai media yang sangat luas. Jurkam ini juga bisa dan cerdas dalam memanfaatkan berbagai media, termasuk media online. Bahkan tidak menutup kemungkinan jurkam jenis ini secara profesional mengolah kampanye dalam berbagai media-media dengan fitur premium. Misal: membuat website yang apik, membuat iklan yang bagus di TV, memanfaatkan jasa agensi dalam mengolah iklan di media sosial internet dll.

(+)Lebih terkoordinasi. Jurkam jenis ini juga lebih terkoordinasi dalam proses kampanye nya. Dengan lebih terkoordinasi, maka miskomunikasi antar juru kampanye dapat diminimalisir, sehingga dapat menghasilkan output seperti yang diharapkan.

(-)Mahal. Dikarenakan merekrut para ahli/profesional membutuhkan biaya yang tidak murah, jelas jenis pasukan Jurkam ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

(-)Relatif sedikit. Memerlukan gelar sarjana tentu bukan hal yang tersedia banyak di Indonesia. Mungkin karena itulah, secara kuantitatif jurkam jenis ini jumlahnya relatif lebih sedikit ketimbang Jurkam Drafted Army.

(-)Kemampuan menjaring kelas bawah yang kurang. Dikarenakan individu yang terlibat adalah kaum terpelajar dan kelas menengah, maka akses ke masyarakat kelas bawah agak terhambat. Entah itu dikarenakan faktor lingkungan ataupun skeptisme (kecemburuan) antar kelas sosial..

(-)Cenderung monoton. Adanya otoritas yang membawahi jurkam-jurkam yang beroperasi di lapangan, tentu membuat variasi berkurang. Ide-ide kampanye yang muncul harus diseleksi dan tidak semua ide itu akan disetujui, sehingga ide kampanye yang muncul adalah ide-ide si pemegang otoritas.

Drafted Army
(+)Murah. Karena sifatnya yang sukarela, maka biaya yang dikeluarkan relatif kecil. Masing-masing juru kampanye bergerak sesuai dengan kemampuannya tanpa perlu dipimpin oleh otoritas tertentu.

(+)Berjumlah banyak. Karena jurkam jenis ini mudah direkrut (tanpa memerlukan CV yang bagus), maka jumlahnya relatif lebih banyak daripada jurkam "Standing Army". Dengan jumlah yang relatif banyak ini maka jurkam Standing Army punya jangkauan yang lebih banyak pula.

(+)Kemampuan menjaring kelas bawah yang tinggi. Karena sifatnya sukarela dan cenderung berasal dari masyarakat bawah (tidak terdidik), maka cakupannya pun lebih dekat dengan masyarakat kelas bawah di Indonesia yang jumlahnya lebih banyak ketimbang kelas menengah.

(+)variatif. Berjumlah banyak berarti semakin banyak otak yang terlibat, semakin banyak otak yang terlibat berarti semakin banyak
pula cara-cara unik yang bisa dilakukan, sesuai dengan selera masing-masing individu jurkam tersebut.

(-)Mempunyai kemampuan dialektik yang relatif kurang. Dengan Jurkam yang berasal dari masyarakat kelas bawah / tidak terpelajar, membuat jurkam tipe ini cenderung
sulit menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada capresnya. Pemaparan program capres yang dilakukan oleh Jurkam jenis ini juga sangat mendasar dan kurang teknis, dan lebih bersifat umum saja.

(-)Kemampuan menjaring kelas menengah yang rendah. Berhubungan dengan poin di atas, jurkam ini biasanya sulit menjaring kelas menengah yang bersifat kritis. Ketidakmampuan memberikan argumen yang mendetil dan teknis biasanya tidak bisa memuaskan kelompok dari kelas menengah.

(-)Akses ke berbagai media yang cenderung gratisan. Karena sifatnya yang sukarela, maka biaya yang dikeluarkan sangatlah minim atau malah gratis samasekali. Tentu saja pemanfaatan media yang mengandalkan fitur gratisan atau murah tidak se- eye catching jurkam yang memanfaatkan fitur premium.

(-)Kurang terkoordinasi. Jurkam tipe ini, karena mereka bergerak secara seporadis, maka tidak ada/sedikit sekali koordinasi yang dilakukan. Kurang koordinasi tentu saja berpotensi berbahaya karena bisa saja ada kampanye yang melanggar ketentuan KPU, tumpang tindih, black campaign dan semacamnya.

Seperti yang kita lihat di atas, masing-masing tipe Jurkam punya kelebihan dan kekurangannya. Satu jenis Jurkam tidak lebih unggul dibanding jenis jurkam lainnya sehingga muncul tebak-tebakan liar siapa yang akan menang pemilu 2014 hanya dari jenis rekrutmen Jurkam ini. Masing-masing kubu juga tidak hanya murni memanfaatkan 1 jenis Rekrutmen juga, misalnya Kubu Prabowo juga memanfaatkan Jurkam Drafted Army untuk menjaring masyarakat kelas bawah dan begitupun halnya dengan kubu Jokowi yang juga memanfaatkan Jurkam Standing Army untuk mereguk suara kelas menengah.

Tentu saja tulisan diatas tidak sempurna dan tidak menyeluruh karena toh saya bukan seorang konsultan atau ahli politik, dan saya juga bukan sedang menulis sebuah karya ilmiah, ini hanya tulisan garis besarnya saja dari observasi saya dilapangan. Namun demikian, mungkin dari anda sekalian ada yang ingin menjadikan jenis jurkam ini sebagai referensi dalam memilih siapa calon presiden anda untuk 5 tahun, maka saya persilahkan saja. Yang penting mari kita tetap berkampanye secara santun, dan jangan menyebar berita-berita yang tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Mengungkap Modus Pamer Di Jagad Sosial Media

Sebelum Sosmed berkembang, orang-orang pamer biasanya dengan cerita atau barang yang mereka pakai (by chat and by stuffs). Mulai dari cerita dia pernah ke luar negeri, cerita dia lulus dari kampus X, cerita ini itu dan sebagainya. Untuk barang bisa macam-macam: mulai dari sepatu bermerek hingga mobil mewah. Cara pamer klasik seperti ini memang masih dilakukan seperti ini, namun seiring dengan perkembangan dunia maya, Sosial media khususnya, manusia semakin kreatif untuk menggunakan metode-metode baru demi bisa memamerkan dirinya.

Berikut adalah modus-modus yang umum digunakan baik oleh penulis sendiri atau orang-orang yang banyak penulis temui di Sosmed.

1. Pamer Dengan Foto.
Ini adalah cara pamer yang cukup mainstream di Facebook, mengingat facebook cukup baik dalam fitur fotonya. Pamer dengan foto ini punya berbagai jenis:

A. Pamer foto di suatu Hotspot.
Biasanya pamer saat dia berada di suatu tempat yang cukup bergengsi, ex: Luar negeri atau daerah wisata tertentu dalam negeri yang "not affordable by everyone" (Tidak semua orang bisa membayarnya) seperti di Bali, dalam Caffee Star*****, atau di tempat-tempat eksklusif lainnya. Sepengetahuan dan sepengalaman penulis, sangat jarang ada orang yang memamerkan foto saat mereka makan dirumah atau di warung-warung makan kecil-kecilan.

B. Pamer foto barang yang digunakan.
Pamer ini memanfaat barang yang dimilikinya (tidak perduli dibeli oleh orang tuanya atau miliknya sendiri atau bahkan hanya meminjam milik orang lain). Barang yang di"manfaatkan" kebanyakan adalah gadget (Handphone, tablet, dll), mobil atau kamera SLR.

C. Pamer foto transkrip skor/nilai/prestasi/penghargaan dll.
Entah bangga atau hanya ingin pamer (atau mungkin kombinasi keduanya), ada beberapa orang yang hobi memamerkan foto barang hasil kecerdasannya seperti transkrip nilai/skor, penghargaan, piagam, atau bahkan judul skripsi/tesisnya. Mungkin orang semacamnya ini ingin mengaskan kepada orang lain (setidaknya kawan-kawannya) bahwa dia berbeda dan lebih cerdas ketimbang orang lain.

D. Pamer foto dengan orang terkenal.
Pamer ini sebenarnya jarang penulis lihat di sosmed, namun memang ada orang yang seperti ini. Orang-orang tipe ini suka memerkan fotonya saat bersama orang-orang terkenal macam artis atau politikus yang sedang nge-hit.

2. Pamer Dengan Status
Pamer ini dengan status adalah jenis pamer yang paling mainstream di semua media sosial tenar seperti Facebook dan Twitter karena memang ini adalah cara pamer paling sederhana, mudah dan cepat. Namun demikian, pamer dengan Status ini masih bisa kita pilah-pilah lagi kategorinya...

A. Pamer dengan status mengeluh
Pamer ini menyembunyikan unsur kepamerannya dengan sebuah atau lebih keluhan. Contoh:

"Rencana mau ketemu <tulis nama artis terkenal disini> di Korea gagal total gara-gara Garuda delay sampai 5 jam, Kecewa!"

"Yah ipad nya ngga sengaja kedudukan sampai retak kacanya, males banget mau servis.. jauh!"

B. Pamer dengan status Galau.
Pamer ini menyamarkan unsur kepamerannya dengan sebuah kondisi yang penuh kegalauan. Contoh:

"Dapat job baru dengan tambahan gaji 5 juta, tapi lokasi kerjanya jauh dari rumah... jadi bingung"

"Pilih stay Apartemen apa Kontrakan ya.. huff"

C. Pamer dengan status "mau kemana"
Pamer ini mengaburkan unsur kepamerannya dengan status yang menunjukkan lokasi yang dia tuju. Contoh:

"Hari ini ke Medan, besok langsung fly ke Singapur 2 hari, habis itu langsung ke Gili, semangat!"

"Jkt ~> Sing ~> Semarang ~> Jkt"

D. Pamer dengan Status posisi.
Pamer ini melapisi unsur kepamerannya dengan posisi ybs, dimana spot tersebut berafiliasi dengan hal tertentu yang bersifat eksklusif (not affordable by everyone). Contoh:

"Akhirnya setelah berjibaku dengan banjir di tol, sampai juga di bandara!"

"At kopiti** cafe MOI with Tono, Budi & Banu"

E. Pamer dengan status doa/rasa bersyukur
Pamer jenis ini menutupi unsur kepamerannya dengan doa/rasa bersyukur kepada Tuhannya. Contoh:

"Alhamdulillah banget akhirnya tahun depan fix pergi umroh sama papa mama.. Ya Allah, bersyukur banget"

"Puji Tuhan akhirnya akhir bisa beli rumah sendiri.."

F. Pamer dengan bahasa asing.
Pamer ini memanfaatkan bahasa asing sebagai ajang untuk pamer bahwa dia bisa berbahasa asing dengan fasih. Contoh:

Inggris: "I wonder if there's someone who supposedly be with me till the very end of my breath, oh dear Lord, please send me an Angel"

Prancis: "Le plus bel amour ne va pas loin si on le regarde courir. Mais plutôt il faut le porter à bras comme un enfant chéri."

3. Pamer dengan Geotagging.
Pamer dengan geotagging ini adalah pamer yang lebih canggih karena membutuhkan fitur GPS di ponsel ybs. Geotagging ini bisa dilakukan di facebook, twitter dan terutama path. Pamer tipe ini lah yang paling amelioratif karena seakan-akan menunjukkan si empu account hanya menjelaskan dia ada dimana, padahal yang dituliskan, sekali lagi, not affordable by everyone. Contoh:

"At Grand Indonesia with X, Y, Z"

"At Changi Airport"

4. Pamer Forum/Konfrensi Internasional
Pamer tipe terakhir ini mungkin adalah pamer tipe tereksklusif, terelit dan termutakhir. Pamer konfrensi internasional ini pun relatif baru karena baru dikenal 4-5 tahun belakangan ini saat acara-acara semacam forum model UN, konfrensi A, B, C dll menjadi sangat populer. Pamer tipe ini biasanya menggunakan kombinasi modus-modus foto, status dan geotagging.

5. Pamer dengan Tulisan.
Pamer ini adalah jenis pamer yang paling jarang di temui oleh penulis, terutama di dua raksasa sosmed: Twitter dan Facebook. Modus pamer ini juga merupakan modus pamer yang menurut pendapat pribadi penulis adalah pamer yang paling bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Pamer jenis ini sebenarnya sudah tersedia medianya, yakni (salah satunya) blogspot, namun tampaknya pengguna blogspot Indonesia kalah jauh dengan pengguna medsos lainnya

Tentu saja semua modus-modus yang biasa dilakukan para user sosmed disini tidaklah sempurna. Mungkin masih ada cara-cara kreatif lain yang belum saya tuliskan disini mengingat penggunaan sosmed baik itu di Indonesia atau di berbagai negara lain cukup signifikan dan pengunanya pun semakin kreatif mencari cara untuk menunjukkan eksistensinya.

Akhir kata, mohon maaf bila tulisan ini sedikit banyak menyinggung anda sekalian yang menggunakan sosmed. Tapi niscayalah bahwa kita semua sama karena penulis sendiri juga melakukan, setidaknya pernah melakukan, beberapa atau semua modus yang tadi disebutkan diatas.

Kelas Menengah dan Kaum Buruh "Ngehe"

Tulisan ini pada dasarnya merupakan respon dari tulisan yang tercantum dalam http://www.kandhani.net/2013/11/surat-terbuka-seorang-buruh-tentang.html yang yah, saya pahami adalah buruh (atau pura-pura menjadi buruh) yang suka merendahkan dirinya sendiri (dengan favorite tag line menganggap dirinya sendiri bodoh, pekok, dan kalimat-kalimat yang menunjukkan kelainan kerendahan diri lainnya, kasihan sebenarnya kok ada manusia yang hobinya merendahkan dirinya sendiri). Sebenarnyapun saya setuju beberapa poin dalam tulisan itu, tapi rasanya ngga akan seru kalau tulisan ini hanya meng-iya-kan tulisan tersebut. Tapi jangan khawatir, kalau para pembaca malas membaca tulisan tersebut diatas, maka pembaca akan tetap bisa memahami tulisan sederhana ini.

Perkenalkan saya Mr. Pelari Marathon, saya beritahu dulu ya kalau saya tidak pernah menganggap saya kelas proletarian (buruh), kelas menengah kebawah, kelas menengah sedeng, kelas menengah atas, kelas atas ataupun kelas atas banget. Kalau sampeyan bilang saya adalah kelas menengah ngehek, ya monggo kulo persilahken, kalau sampeyan nuduh saya orang kelas atas sombong yang saya hanya bisa berdoa semoga itu jadi kenyataan (bagian sombongnya enggak lho), kalau sampeyan nganggep saya kelas bawah yang bodoh, sok tahu dan ngga ngerti apa-apa ya saya terima dengan senang hati juga

Sanikem, si penulis yang ngakunya bernama seperti itu, mengaku sebagai seorang buruh menyindir soal menutup jalan karena acara Jakarta Marathon. Beliau membandingkannya dengan penutupan jalan yang dilakukan para buruh yang berdemonstrasi. Maaf ya mas/mbak Sanikem yang terhormat, tapi jujur saja, yang namanya manusia itu  human nature nya (alaminya) lebih rela berkorban untuk hiburan dari pada hal lainnya. Lihat saja, berapa juta manusia yang rela mengeluarkan uang lebih untuk wisata, beli telepon genggam, beli motor CBR yang dipakai buruh-buruh berdemo dari pada untuk amal atau disumbang ke Panti Asuhan, ya tho? Kalau belanja baju menjelang lebaran gila-gilaan, tapi begitu mau amal Rp. 20.000 saja rasanya berat sekali. Beli HP harga 2 juta kuat, tapi saat mau kurban kambing Rp. 1.500.000 rasanya seperti mau mati. Mau kelas bawah kek sampai kelas atas semuanya ya sama saja, lebih suka menghambur-hamburkan untuk hiburan.

Mbandingin demonstrasi kok dengan Jakarta Marathon ya jauh toh mas/mbak Sanikem. Yang satu bikin macet untuk kepentingan kelompok tertentu, yang satu bikin macet karena hiburan untuk semua kalangan (situ aja yang mengidap inferiority complex sehingga merasa tidak pantas ikut Jakarta Marathon, padahal anak kampung pinggir Ciliwung kawan saya juga banyak yang ikut dengan modal sepatu 60 ribuan sepasang), ya jauh tho mas/mbak. Orang lebih rela jalan ditutup untuk acara hiburan. Coba situ rasain aja, saat jalan kampung sampeyan ditutup karena buat acara pasar kaget malam. Pasti tingkat kekesalannya lebih rendah dari pada kalau jalanan ditutup untuk kawinan satu orang doang, ya kan? Situ tidak suka? Ya mau apa, toh situ juga melakukan hal yang sama, begitupun halnya dengan milyaran manusia lain di bumi (walaupun mungkin tidak semuanya) yang lebih suka berkorban demi hiburan.

Selanjutnya mas/mbak Sanikem ini juga menyentil soal hidup layak. Maaf sebelumnya, tapi kalau memang tidak mampu ya sudah tidak perlu belagu sok kaya. Kalau miskin, ngga kuat beli mobil atau motor baru, ya belilah motor bekas yang irit, kan bisa? Ngaku miskin, bodoh, teraniaya tapi kredit motor 2 juta per bulan selama 2 tahun kuat, ya bagaimana orang mau simpati? Maunya dianggap orang teraniaya, tapi beli telepon genggam Blackberry atau Iphone 3 - 4 atau Android Nexus/Samsung... bagaimana orang mau memahami perjuangan sampeyan? Mbok kalau berjuang tuh yang sinkron dengan gaya hidup gitu lho supaya orang-orang bisa bersimpati

Mas/Mbak Sanikem yang terhormat, definisi "Layak" itu subjektif mas/mbak Sanikem. Bagi saya yang pas-pasan ini, telepon genggam Nokia Asha 500 ribuan sudah lebih dari cukup (Kalau ndak dibayari kantor saya untuk wajib beli hp sekarang ini, saya juga ndak akan beli hp saya yang sekarang ini). Bagi saya yang "hidup tidak layak" ini ini, Mio sporty lawas tahun 2008 yang harganya 5,5 juta sudah lebih dari cukup untuk pergi mencari nafkah, ndak perlu berlagak seperti orang kaya naik motor 150 cc ke atas.

Maaf mas/Sanikem, hitungan Komponen Hidup Layak Buruh (KHL-Buruh) 2014 yang anda tuntut ke pemerintah itu tidak masuk akal. Sampeyan kok tega-teganya memasukkan TV 19 inch per tiga tahun? Lha wong saya punya TV tabung kotak sudah 6 tahun lebih saja ngga rusak-rusak kok, situ mau nonton TV apa nimbun TV? Situ juga minta dompet kulit 1 biji per tahun, lha wong dompet saya sudah 8 tahun sejak SMA sampai sekarang ngga pernah ganti saja tidak apa-apa kok, hayo ngaku saja, situ mau jualan dompet kan?! Belum lagi Jam tangan, jam dinding, payung dan topi yang masing-masing satu buah per tahun.... situ mau bikin toko kelontong ya?

Untuk lebih jelas hitung-hitungan KHL ala Buruh yang teraniaya ini, silahkan intip di http://forum.detik.com/-t824552.html untuk lebih jelasnya. Yang pasti, bila semua poin itu dijadikan acuan hidup layak di Indonesia, bisa disimpulkan bahwa hidup saya masih sangat jauh dari kata layak, saya bilang sangat lho yah, bukan hanya jauh.

Sentilan Sanikem tentang demonstrasi juga perlu saya kritisi. Kalau demo 1-2 kali yah saya masih bisa saya maklumi, tapi kalau kita ikuti berita mulai dari 2 minggu terakhir ini (Oktober - November), demonstrasi buruh yang hampir terjadi setiap hari. Saya jadi kepikiran bagaimana perusahaan mau tidak bangkrut kalau kerja pegawainya hanya demo, demo dan demo? Mungkin mas/mbak Sanikem dan buruh lainnya tidak tahu kalau yang namanya pabrik tidak beroperasi satu hari saja kerugiannya sudah bisa milyaran rupiah, apalagi kalau berhari-hari, ya bisa gulung tikar itu tempatmu bekerja. Tapi situ ndak perduli, situ hanya dengar propaganda "majikan" KSPI tentang gaji besar, persis seperti tikus yang terjebak lem tikus gara-gara iming-iming makanan: Kepingin makan tapi malah semaput, kepingin gaji besar malah kena PHK.

Situ juga ndak mau tahu toh pada semester pertama 2013 (Januari - Juni), 44 ribu rekan-rekan buruh sampeyan sudah di PHK karena perusahaan tempat mereka bernaung mengalami kerugian karena tingginya UMP. Saya tahu situ mikirnya semua orang yang punya pabrik pasti kaya: ya memang kaya, tapi kalau pengeluaran lebih besar dari pemasukan ya tetap saja ujung-ujungnya gulung tikar karena rugi.

Mas/mbak Sanikem juga "mungkin" lupa bahwa yang punya hak bukan hanya sampeyan para buruh lho, pengusaha juga punya hak. Kalo sampeyan punya hak nuntut gaji besar (menurut saya 3,7 juta itu besar lho), maka pengusaha (investor, atau gampangnya si bos yang memberi sampeyan pekerjaan) juga punya hak untuk pindah pabrik kemanapun yang dia mau. Kalau si pengusaha berpendapat kondisi di Jabotabek sudah sudah tidak kondusif (buruh minta gaji besar, sering bolos demonstrasi, kinerja loyo, infrastruktur buruk dan lain-lain), bisa saja si pengusaha memindahkan pabriknya ke Jawa tengah, Jawa timur atau provinsi-provinsi lain di luar Jawa. Atau bahkan kalau memang kondisi se-Indonesia sudah tidak kondusif semua, boleh-boleh saja si pengusaha kabur ke luar negeri dengan kondisi yang lebih kondusif seperti Malaysia, Thailand atau Vietnam. Jangan lupa mas/mbak Sanikem, sekarang zamannya sudah terbuka, justru negara lain rebutan investor dari negara kita. Jadi maaf ya mas/mbak Sanikem, yang punya hak bukan hanya sampeyan, jangan mentang-mentang situ wong cilik lantas yang orang kaya (yang memberi sampeyan pekerjaan) jadi tidak punya hak.

Yang terhormat mas/mbak Sanikem, waktu sampeyan menutup jalan, yang protes bukan cuma kelas menengah ngehe dan orang kaya yang penghasilannya lebih besar dari sampeyan lho. Apakah mas/mbak Sanikem lupa bahwa ada ribuan kendaraan umum, mulai dari Metromini, angkot hingga Transjakarta yang juga terhalangi saat sampeyan memblokir jalan? Sampeyan tahu manusia-manusia yang mengisi kendaraan-kendaraan umum itu banyak yang penghasilannya jauh dibawah sampeyan? Sampeyan tahu kan satu bus mini (Metromini/kopaja) bisa diisi berapa puluh manusia? Nah, apa sampeyan berpikir mereka juga tidak misuh-misuh saat kendaraan umum yang mereka tumpangi harus berhenti karena demo sampeyan? Mereka yang gajinya lebih kecil dari sampeyan, kalau sampai mereka terlambat kerja dengan ancaman pemotongan gaji, skorsing atau bahkan pecat, apa sampeyan juga mikir sampai situ? Kecuali kalau sampeyan memblokir jalan khusus mobil dan motor, sedangkan kendaraan umum tetap boleh lewat, maka baru situ boleh nuduh kelas menengah yang misuh-misuh, tapi situ ngga pernah kan? Wong mobil Jenazah & Ambulan saja tetap anda larang lewat kok.

Belum lagi kalau sampeyan demonstrasi suka memaksa buruh yang rajin bekerja untuk turut serta. Melakukan sweeping ke pabrik-pabrik, seperti preman saja. Saya kasih tahu ya mas/mbak Sanikem serta para buruh yang terhormat, yang namanya manusia itu berbeda-beda, termasuk gaji. Ada buruh yang kerja di perusahaan besar sehingga memang gajinya diatas sampeyan sehingga merasa ndak perlu ikut demonstrasi lagi. Ada juga buruh yang memang lebih suka bekerja ketimbang demonstrasi dengan gaji yang sama dengan sampeyan. Sampeyan ngga perlu maksa orang lain mengikuti kemauan sampeyan atau majikan KSPI kalian itu, orang ingin bekerja kok dilarang, wong edyan! Satu lagi, saya emoh menyebut mereka yang sweeping itu OKNUM, ratusan orang kok disebut oknum.

Maaf lho mas/mbak Sanikem, situ menyebut "kelas menengah ngehe" tapi situ sendiri mengikuti gaya hidup kelas menengah. Situ menulis kalau kelas menengah belagu gaya-gayaan pakai kendaraan/gadget mahal lebih dari kemampuannya, lah tapi kok sampeyean memakai alasan tersebut untuk membenarkan sifat konsumtif kalian untuk kredit barang mahal diluar kemampuan kalian, ya ndak salah kalau saya bilang sampeyan adalah "kelas proletarian ngehe" dong? Artinya kalian para buruh podo wae dengan kelas menengah yang kalian benci itu: "Saya ngehe, anda ngehe, kita semua ngehe"

Maaf lho mas/mbak Sanikem dan para buruh yang terhormat bila ada yang tersinggung karena tulisan ini. Sekali lagi, saya persilahkan para hadirin kelas proletarian ngehe untuk mencaci maki saya karena tulisan ini. Seperti yang sudah saya sebutkan di awal, saya ndak keberatan dihujat, sudah biasa kok seumur hidup saya. Sebagai catatan, Saya, Mr. Pelari Marathon, penghasilan saya lebih kecil dari sampeyan yang nuntut 3,7 juta perbulan, tapi saya ngga pernah menganggap diri saya kelas menengah, kelas buruh atau kelas atas. Saya juga ndak selera demonstrasi bukan karena ndak berani seperti yang sampeyan tuduh, tapi karena saya merasa cukup dengan gaji sekian. Saya juga ndak merasa berkewajiban untuk beli motor baru, beli gadget baru tiap tahun, beli baju di department store setiap bulan, beli jam tangan dan jam dinding tiap tahun (wong jam dinding saya sudah 23 tahun lebih masih jalan kok), beli TV 19 inch tiap 3 tahun, mesin cuci setiap 3 tahun dan lain-lain. Alhamdulillah sejauh ini cukup untuk hidup di kota Jakarta yang keras ini. Kadang saya juga nyambi jualan baju online untuk nambah-nambah uang, lumayanlah untuk bayar premi asuransi hari tua saya.

Cukuplah sekian tulisan saya kali ini, semoga para kelas proletarian ngehe dan kelas menengah ngehe bisa memahami maksud tulisan saya ini terlepas dari gaya bahasa yang, maaf sekali, agak blak-blakan ini. Mohon dimaafkan juga bila ada salah tulis atau hal-hal yang terlewat, saya hanya Homo sapiens biasa yang tidak lepas dari kesalahan


Salam



Mr. Pelari Marathon.

Rebutan Surga Macam Anak TK Rebutan Mainan!!!

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِي

Saya mo nanya nih kumendan?

Siapa yang dapat menentukan anda atau saya yang akan masuk surga? Jika saya katakan anda masuk surga apakah benar anda akan masuk surga? jika saya katakan saya masuk surga apakah benar saya nanti akan masuk surga? jika anda doakan saya masuk surga apakah benar nanti saya akan masuk surga? yakiiin bisa?? — pede banget yak –

Jadi siapa sesungguhnya yang berhak menentu suatu makhluk itu masuk ke dalam surga? Anda kah?? saya kah?? Nabi saw kah?? atau hanya Allah semata ??

Kajian Bib Novel Al Aydrus setelah solat tarawih di Majelis Ar Raudhah Solo, yang juga dapat panjenengan nikmati melalui link berikut ::
http://www.ar-raudhah.info/mp3-kajian/mp3-ramadhan-1434-h2013-m/ dengan spesifik file mp3 bisa anda donlod disini http://www.ar-raudhah.info/unduh/KajianRamadhan1434H-HikmahKisahNabiSulaimanBag2.mp3

Tidak ada orang yang masuk surga kecuali dengan rahmad Nya, bukan dengan amalNya. Apakah engkau ya Rasulullah. Aku juga begitu, aku juga tidak akan masuk surga kecuali dengan rahmad Nya, hanya saja Allah sudah melingkupi dengan Rahmad Nya.

Hoorootooo,, Nabi saw yang ibadahnya luar biasa masih menyampaikan begitu, masuk surga bukan dengan amalan ibadah nya Rasulullah saw, padahal ibadahnya Beliau saw adalah panutan seluruh manusia..

lha saya ini ibadah e awur awuran mau claim paling berhak masuk surga.. ini parahhh pake superr paraahhh..  Lha Nabi saw saja tidak bisa memasukkan seseorang kedalam surga apalagi panjenengan.. lak pede tingkat pake akuttt njenengan kie…

Jadi pertanyaannya adalah… *kata2 temen2 sy yg sering nanya ini tentang ini dan itu hehe..

Apa urusan anda mengatakan amalan ibadah saya ini tidak lebih baik dari amalan anda. Apa jaminan anda mengatakan amalan anda paling baik atau setidaknya lebih baik dari amalan saya? trus kalo ada pernyataan begitu apa efeknya antara saya anda dan ridhanya Allah.

Saya tanya bener inii.. ada yang tau nda amalan kita itu pasti benar benar dan sungguh diterima Allah swt, selain diterima kemudian Allah ridha dengan amalan itu?? njenengan tau kaaahhhhhhhhh? ciyus banget nanya iniii……

Apakah Anda tau amalan seseorang itu diterima Allah??

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِالله

~ :: ~

ِإِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ# وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim

فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي # فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم

Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi

Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar

ذنوبِي مِثلُ أَعْدَادٍ الرّمَالِ # فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَل

Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali

Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan

وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ # وَذنْبِي زَائِدٌ كَيفَ احْتِمَالِي

Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali

Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya

َإلهي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ # مُقِرًّا بِالذنوبِ وَقَدْ دَعَاك

Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da’aaka

Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu

َفَإِنْ تَغْفِرْ فَأنْتَ لِذاك أَهْلٌ # فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاك

Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka

Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?

 

Tulisan asli dari posting blog ini dapat anda baca di http://fadlilsangaji.wordpress.com/2013/07/26/rebutan-surga-macam-anak-tk-rebutan-mainan/